Jumat, 08 Januari 2016

Perkembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia

Pengertian Ekonomi Kreatif
Ekonomi kreatif adalah aktivitas ekonomi yang memanfaatkan kreatifitas. Kreatif sendiri berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam menciptakan sesuatu yang biasanya menuntut kecerdasan dan imajinasi. Maka, ekonomi kreatif bisa juga didefinisikan sebagai aktivitas ekonomi yang tercipta dari sebuah ide yang bersumber dari imajinasi seseorang.

Perkembangan Ekonomi Kreatif di Indonesia
Dimulai pada tahun 2006 di mana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginstruksikan untuk mengembangkan ekonomi kreatif di Indonesia. Proses pengembangan ini diwujudkan pertama kali dengan pembentukan Indonesian Design Power oleh Departemen Perdagangan untuk membantu pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia. Pada tahun 2007 dilakukan peluncuran Studi Pemetaan Kontribusi Industri Kreatif Indonesia 2007 pada Trade Expo Indonesia.

Pada tahun 2008, dilakukan peluncuran Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 dan Cetak Biru Pengembangan 14 Subsektor Industri Kreatif Indonesia. Selain itu, dilakukan pencanangan tahun Indonesia Kreatif 2009. Untuk mewujudkan Indonesia Kreatif, tahun 2009 diadakan Pekan Produk Kreatif dan Pameran Ekonomi Kreatif ysng berlangsung setiap tahunnya.

Alasan mengapa Indonesia perlu mengembangkan ekonomi kreatif antara lain karena ekonomi kreatif berpotensi besar dalam: Memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan; Menciptakan Iklim bisnis yang positif; Membangun citra dan identitas bangsa; Mengembangkan ekonomi berbasis kepada sumber daya yang terbarukan; Menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa; Memberikan dampak sosial yang positif.

Ada alasan lain mengapa indonesia menggunakan sistem ekonomi kreatif  Ternyata, tersimpan ribuan bahkan jutaan potensi produk kreatif yang layak dikembangkan di Tanah Air. Tengok saja potensi itu: sekitar 17.500 pulau, 400 suku bangsa, lebih dari 740 etnis (di Papua saja 270 kelompok etnis), budaya, bahasa, agama dan kondisi sosial-ekonomi.

Nilai-nilai budaya luhur (cultural heritage) yang kental terwarisi, seperti teknologi tinggi pembangunan Borobudur, batik, songket, wayang, pencak silat, dan seni budaya lain, menjadi aset bangsa. Tercatat pula, tujuh lokasi di Indonesia yang dijadikan situs pusaka dunia (world heritage site).

Belum lagi tingkat keragaman hayati (biodiversity) yang sukar ditandingi. Begitu banyak spesies yang khas dan tak dapat dijumpai di wilayah lain di dunia, seperti komodo, orang utan, cendrawasih. Tak ketinggalan, hasil budidaya rempah-rempah, seperti cengkeh, lada, pala, jahe, kayumanis, dan kunyit.

Semua itu bila diarahkan menjadi industri ekonomi kreatif, tentu membuahkan hasil luar biasa. Apalagi, era saat ini mengarah pada ekonomi kreatif, setelah era gelombang pertanian, gelombang industri, dan gelombang informasi, seperti teori Alvin Toffler.

Kreatif vs Inovatif
Perbdaan kreatif dan inovatif, secara singkat dapat dipaparkan sebagai berikut :
- KREATIF = Memiliki daya cipta/berdaya cipta
Menciptakan sesuatu yang berbeda dari yang lain
Menghubungkan ide-ide/hal-hal yang tadinya tidak berhubungan
Contoh ide kreatif: group 2 tang menghasilkan produk air putih dengan kemasan plastik yang berbeda (tutup anti tumpah)

- INOVATIF = berdaya perubahan/pembaruan
Menciptakan sesuatu yang belum ada menjadi ada
Pembaruan/menciptakan sesuatu yang sama sekali berbeda   
Contoh inovasi: Alm. Tirto Utomo mengemas air putih dalam kemasan plastik yang diberi merek Aqua

Menurut Ted Levitt dari Harvard mengemukakan bahwa kreativitas adalah memikirkan hal-hal baru dan inovasi adalah mengerjakan hal-hal baru.

Hambatan dalam Berpikir Kreatif
1. Hambatan yang dibuat sendiri
Hambatan tidak berusaha menentang kenyataan/menerima apa adanya, misalnya:
Terpaku pada apa yang sering dilihat/dialami selama ini
Tidak mau keluar dari kemapanan atau batasan-bataan yang ada serta tidak mau keluar dari bingkai-bingkai atau batasan yang ada sebelumnya
Terpaku pada aturan-aturan, budaya, dan batasan-batasan baku yang telah membelenggu.

2. Hambatan jawaban tunggal dan tepat
Kita menyukai rasa aman dan sesuatu yang pasti-pasti saja.
Kita sering kali memutuskan sesuatu dengan sangat cepat tanpa pikir panjang.

3. Mengevaluasi terlalu cepat
Ingin dianggap pintar/cerdas sehingga sering kali kita mengevaluasi sesuatu dengan cepat dan mengambil keputusan juga dengan cepat
Terlalu cepat menyalahkan orang lain, sehingga sering kali kita mengganggap bahwa diri kita sendiri adalah benar dan cenderung menyalahkan orang lain atau mencari kambing hitam.

4. Takut dianggap bodoh
Tidak berani mengeluarkan ide/pendapat yang sebenarnya sudah dipikirkan dan ada dalam benak pikirannya, tetapi tidak berani untuk menyampaikannya di depan umum
Tidak percaya diri bahwa ide yang ada dalam pikirannya adalah ide yang sesungguhnya memang benar

5. Percaya bahwa “saya tidak kreatif”
Orang yang percaya dirinya tidak kreatif akan bertindak seperti itu dan akan mewujudkan keyakinan tersebut. Banyak orang yang di anggap jenius, visioner, dan penemu sesungguhnya tidak lebih pintar daripada orang lain dan tidak memiliki lebih banyak bakat kreatif daripada orang pada umumnya; akan tetapi mereka telah belajar cara untuk berpikir secara kreatif dan cukup tahan terus mencoba hingga sukses.

Persyaratan Berpikir Kreatif

Perlu persiapan, pendidikan formal dan informal mengenal enterpreneurship
Usaha, kumpulkan sebanyak mungkin ide, tetapi jangan dievaluasi terlebih dahulu
Inkubasi, menggabungkan ide-ide yang sudah ada sehingga muncul ide atau embrio baru.
Pengertian, memahami persoalan/permasalahan secara mendalam
Evaluasi, pilih yang terbaik, dari segi biaya, hukum, dan sebagainya.

Karakteristik Ekonomi Kreatif
Tercatat beberapa hal yang menjadi karakteristik dari ekonomi kreatif:
Diperlukan kolaborasi antara berbagai aktor yang berperan dalam industri kreatif, yaitu cendekiawan (kaum intelektual), dunia usaha, dan pemerintah yang merupakan prasyarat mendasar.
Berbasis pada ide atau gagasan.
Pengembangan tidak terbatas dalam berbagai bidang usaha.

Konsep yang dibangun bersifat relatif.
Proses Kreatif
Persiapan

Langkah ini mencakup mempersiapkan akal untuk ia berpikir kreatif. Persiapan bisa mencakup pelatihan formal, pelatihan saat kerja, pengalaman bekerja, dan mengambil manfaat dari peluang belajar lainnya. Pelatihan ini memberikan dasar cara membangun kreativitas dan inovasi.

Investigasi
Pada langkah ini, anda diharapkan mengembangkan pemahaman kuat atas masalah, situasi, atau keputusan yang ada.

Transformasi
Transformasi berarti harus memandang persamaan dan perbedaan yang ada pada informasi yang dikumpulkan. Fase ini memerlukan dua jeni pemikiran: konvergen dan divergen.
Pemikiran kovergen adalah kemampuan untuk melihat persamaan dan pertalian diantara berbagai data dan peristiwa..
Pemikiran divirgen adalah kemampuan untuk melihat perbedaan diantara berbagai data dan peristiwa.

Inkubasi
Alam bawah sadar memerlukan waktu untuk merefleksi informasi yng dikumpulkan. Bagi seorang pengamat, fase proses kreatif ini, tampaknya orang kreatif tersebut sedang bermalas-malasan. Inkubasi terjadi ketika seseorang sedang jauh dari masalah tersebut, kadang-kadang terlibat dalam aktivitas yang sama sekali tidak terkait dengan masalah tersebut, dan bahkan tidak memikirkan hal tersebut.

Iluminasi
Fase dalam proses kreatif ini terjadi selama fase inkubasi ketika terobosan spontan menyebabkan “bola lamu menyala”. Hal ini dapat terjadi setelah lima menit ataupun lima tahun. Dalam tingkat iluminasi, semua tingkat sebelumnya bersatu padu menghasilkan “faktor Eureka”. Atau enciptaan ide inovatif. Dalam suatu penelitian terhadap 200 ilmuwan, 80 persen mengatakan bahwa setidaknya solusi atas masalah telah “muncul di dalam kepala mereka”. Biaanya ketika mereka tidak memikirkan masalah tersebut.

Verifikasi
Bagi wirausahawan, memvalidasi ide untuk memastikan akurasi dan manfaatnya, dijalanjkan dengan melakukan percobaan, menjalankan simulasi, menguji pemasaran produk atau jasa, menetapkan program pemandu dalam skala kecil, membuat prototype, dan banyak kegiatan lainnya yang dirancang untuk memverivikasi bahwa ide baru tersebut bisa diterapkan dengan berhasil dan praktis.

Implemantasi
Focus dari langkah ini adalah untuk mengubah ide menjadi kenyataan. Banyak orang  mendapatkan ide kreatif untuk produk atau jasa baru yang menjanjikan, tetapi mereka tidak pernah membawa ide tersebut beranjak dari pikiran mereka, kunci bagi keuksesan adalah kemampuan mereka untuk menggunakan ide kreatif membuat sesuatu yang baru yang bermanfaat dan mengubahnya menjadi kenyataan.


(Sumber: Makalah Ekonomi Kreatif, oleh Iis dan Juwita, IAIN Antasari Banjarmasin, 2012)

0 komentar:

Posting Komentar