Minggu, 10 Januari 2016

Pendekatan Guru Dalam Pengajaran

Dalam interaksi edukatif yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Interaksi yang bertujuan itu disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalam belajar. Guru ingin memberikan layanan yang terbiak kepada anak didik, dengan menyediakan lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara guru dengan anak didik. 

Ketika interaksi edukatif itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat dam mau memahami anak didik dengan segala konsekuensinya. Semua kendala yang menjadi penghambat jalannya proses interaksi edukatif, baik yang berpangkal dari perilaku anak didik maupun yang bersumber dari luar anak didik, harus dihilangkan dan bukan membirkannya. Karena keberhasilan interaksi edukatif lebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengelola kelas.
Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengah anak didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhlik yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai makhluk individual dengan segala perbedaannya, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam pengajaran.
Ada beberapa pendekatan yang diajukan dalam hal ini:
a) Pendekatan individual
Di kelas ada sekelompok peserta didik yang berprilaku yang bermacam-macam. Dari cara mengemukakan pendapat, cara berpakaian, daya serap, tingkat kecerdasan, dan sebagainya selalu ada pariasinya. Masing-masing anak didik memang mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dari anak didik lainnya. 

Pendekatan individual mempunyai arti penting bagi kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendektan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekataan individual. Karena itu, guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja merlakukan pendekatan individual terhadap anak didik dikelas. Persoalan kesulitan belajar anak didik lebih mudah di pecahkan dengan menggukan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok deperlukan.

b) Pendekatan kelompok
Dalam pengajaran terkadang ada juga guru yang menggunakan pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pedekatan kelompok memang suatu waktu di perlukan dan dugukan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini didasari, bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo socius, yakni makhluk yang berkecendrungan untuk hidup bersama.

Dengan pendekatan kelompok diharapkan dapat ditumbuhkan dan dikembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiaap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egoism dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial dikelas. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupan semua makhluk hidup dimuka bumi ini. Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain, langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.

Dalam pengelolaan kelas, terutama yang beruhubungan dengan penempatan  anak didik, pendekatan kelompok sangat diperlukan. Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, intlektual, dan psikologis dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan pendekatan kelompok.  

c) Pendekatan Bervariasi
Dalam belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pada satu saat anak didik mempunyai motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain anak didik mempunyai motivasi yang tinggi. Anak didik yang satu bergairah belajar dan anak didik yang lain kurang bergairah belajar. Mereka duduk dan berbicang-bincang mengenai hal-hal lain yang terlepas dari masalah pelajaran.

Dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif. 

Dalam pemilihan metode mengajar sebaiknya mengunakan pendekatan yang bervariasi. Penggunaan satu metode biasanya membuat jalan pengajaran menjadi kaku, maka digunakanlah beberapa metode bervariasi dngan tujuan untuk meningkatkan konsentrasi anak didik dalam waktu yang relative lama.
Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik biasanya bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih cepat denagn pendekatan bervariasi pula. Misalnya, anak didik yang tidak disiplin dan anak didik yang suka bicara, akan berbeda pemecahannya. Demikian juga halnya dengan anak didik yang membuat keributan. Guru tidak bisa menggunakan teknik pemecahan yang sama untuk memecahkan permasalahan yang lain. Kalaupun ada, itu hanya pada kasus-kasus tertentu. Perbedaan dalam teknik pemecahan kasus itulah, dalam pembicaraan, didekati dengan pendekatan bervariasi.

Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus ini biasanya dengan berbagai motip, sehingga diperlukan variasi teknik pemecahan untuk setiap kasus. Maka pendekatan bervariasi ini sebagai alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan pengajaran.

d) Pendekatan edukatif

Apapun yang guru lakukan gunakan dalam pendidikan dan pengajaran bertujuan untuk mendidik, bukan berarti karena motif-motif lain. Misalnya, karena dendam, gengsi, kerena ingin ditakuti, dan sebagainya.

Seorang anak didik yang telah melakukan kesalahan, membuat keributan di kelas saat guru sedang memberikan pelajaran, misalnya tidak diberikan sangsi atau hukuman dengan cara memukul badannya hingga luka atau cedera. Jika dilakukan juga maka tindakan itu adalah tindakan sangsi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan pendekatan yang salah. Pendekatan yang benar bagi seorang guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan, sikap, dan perbuatan guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma hukum, norma sosial, dan norma agama.

0 komentar:

Posting Komentar